
Tidur Dengan Ibu Kandung Sendiri
Namaku Andi Kusuma, dan ini adalah kisah nyata tentang aku dan Ibu kandungku. Dia adalah bidadari tak bersayap yang Tuhan kirimkan untukku. Namanya Friska, seorang wanita cantik yang masih terlihat awet muda di usianya yang ke-45. Rambutnya panjang terurai, kulitnya putih, dan tubuhnya semampai. Setiap kali melihatnya, aku selalu merasa beruntung memiliki Ibu sepertinya. Aku dan Ibuku adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Ayahku sudah meninggal sejak aku masih kecil. Sejak saat itu, Ibuku selalu membesarkanku seorang diri, dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dia bekerja keras setiap hari agar aku bisa hidup dengan layak. Bagiku, Ibuku adalah segalanya.
Suatu hari, aku pulang sekolah. Ibuku sudah ada di rumah, sedang membersihkan halaman depan. Dia mengenakan kaos putih tipis dan celana pendek selutut. Keringat yang membasahi bajunya membuat kaosnya menjadi transparan. Aku bisa melihat dengan jelas lekuk tubuhnya yang indah, bahkan bra yang ia kenakan. Aku menelan ludah. Jantungku berdegup kencang, perasaanku campur aduk.
“Andi, kok bengong?” tegur Ibu sambil tersenyum manis.
“Eh… nggak kok, Bu. Ibu capek ya?”
“Lumayan, Nak. Ini sebentar lagi selesai.”
Aku menghampiri Ibuku, lalu mengambil sapu dari tangannya. “Biar aku aja yang lanjutin, Bu. Ibu istirahat aja.”
“Nggak usah, Nak. Kamu baru pulang, pasti capek. Sana, mandi terus makan.”
“Nggak, Bu. Aku nggak capek. Ibu yang istirahat, ya.”
Ibuku akhirnya menyerah. Dia masuk ke dalam rumah, sementara aku melanjutkan membersihkan halaman. Tapi, pikiranku terus membayangkan lekuk tubuh Ibu tadi. Perasaan bersalah muncul, tapi perasaan birahi juga tak bisa dihindari. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaanku.
Setelah selesai membersihkan halaman, aku masuk ke dalam rumah. Aku melihat Ibu sedang mandi di kamar mandi. Aku berdiri di depan pintu kamar mandi, jantungku berdebar tak karuan. Aku ingin sekali melihatnya. Aku ingin melihat tubuhnya. Aku tahu ini adalah hal yang paling buruk yang pernah aku lakukan, tapi nafsu ini lebih kuat dari segalanya.
Aku membuka pintu kamar mandi perlahan. Ibuku sedang membelakangiku. Rambutnya yang basah terurai di punggungnya, dan tubuhnya yang indah terlihat jelas. Air mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Payudaranya yang besar dan bulat terlihat indah, dan pantatnya yang montok membuatku tidak bisa menahan diri. Aku masuk ke dalam kamar mandi, lalu memeluknya dari belakang.
“Andi, kamu ngapain?” tegur Ibu kaget.
“Maafin aku, Bu. Aku… aku nggak bisa nahan diri,” kataku, sambil menciumi lehernya.
“Andi, apa-apan ini?!” kata Ibu, sambil berusaha melepaskan pelukanku.
Tapi aku tidak peduli. Aku terus menciumi lehernya, lalu menjilatnya. Ibu akhirnya menyerah. Dia memejamkan mata, dan napasnya mulai terengah-engah. Aku tahu, dia juga terangsang. Aku lalu membalikkan tubuhnya, lalu mencium bibirnya. Ibuku membalas ciumanku. Ciuman kami semakin panas.
Aku lalu menggendongnya, lalu membawanya keluar dari kamar mandi. Aku membawanya ke kamar Ibu, lalu membaringkannya di ranjang. Aku menciumnya lagi, dan ciuman kami semakin panas. Ibuku lalu membuka bajuku, dan aku membuka bajunya. Kami berdua telanjang, berpelukan di atas ranjang.
Aku lalu menciumi seluruh tubuhnya. Aku menciumi lehernya, payudaranya, perutnya, sampai ke memeknya. Ibuku mendesah, kenikmatan. Dia memegang kepalaku, lalu mengarahkan kepalaku ke memeknya. Aku menjilati memeknya, dan dia merintih, kenikmatan. Aku lalu memasukkan lidahku ke dalam memeknya. Ibuku menjerit. “Aah… Andi… enak…”
Aku terus menjilati memeknya, sampai akhirnya dia orgasme. Dia memelukku erat, dan napasnya terengah-engah. Aku tahu, dia juga menikmati ini. Aku lalu bangkit, dan membuka celanaku. Ibuku menatapku, matanya berbinar. Kontolku sudah berdiri tegak, siap untuk dimasukkan ke memeknya. Ibuku mengulurkan tangannya, lalu memegang kontolku. Dia mengocoknya pelan-pelan.
“Besar… panjang…” bisiknya.