
Akibat Dukun
Bagaiamana rasanya memakan bakso persugihan lendir dari hubungan intim? pasti enak sekali bagi yang pernah memakannya tanpa tahu bakso yang di makan mengunakan persugihan Lendir hubungan intim bercampur dengan Spe*ma pria.
Salah satu cara yang di lakukan oleh Herman dan Lala untuk bisa kaya dan tidak perlu capek kerja. keduanya menumbalkan Dara sebagai persugihan lendir untuk perlaris bakso.
Setiap malam, Dara harus mengalami malam yang panjang bersama para pria satu demi satu tanpa mengetahui dirinya telah di setubuhi secara paksa. untuk menguras lendir di tubuhnya.
Ping… Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel salah satu gadis cantik yang kini duduk di kelas 2 Sma di salah satu sekolah di bandung. Gadis itu sedang rebahan di atas Kasur kontrakan yang berukuran single dengan ruangan bernuasa pink hello kitty yang merupakan kesukaanya. Serta berapa boneka hello kitty menghiasi atas ranjang tersebut.
Gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang itu bernama Dara. Dara mengambil ponsel di samping tubuhnya, untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan untuknya.
Tombol kunci di layar ponsel di buka dan ia menekan tombil hijau whatsapp untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.
Pesan yang masuk, merupakan pesan dari ibu sambungnya yang meminta Dara untuk tinggal di Jakarta dan menetap bersama dengannya.
Dara agak ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan sang ibu sambung. karena ia masih betah tinggal di bandung. Di salah satu kontrakkan sederhana yang dekat sekolah dan selain itu, ia tidak enak sama keluarga baru ibunya yang sudah mempunyai anak dan suami. Sekarang posisinya adalah, ia adalah orang luar dan tidak berhubungan apapun dengan mereka.
“Haruskah aku tinggal bersama mereka?” batin Dara.
Keraguan menyusup di hati Dara, ia menolak secara halus tawaran ibu sambungnya. Karena tidak enak hati dan takut-takut seperti cerita di sinetron yang keberadaannya tidak di anggap sama sekali dan di siksa oleh pihak keluarga ibu sambungnya.
Sang ibu sambung yag melihat pesan Lala langsung mendengus kesal, ia tidak terima atas kegagalan ini dan niat jahatnya masih tetap tidak berubah sama sekali.
“Kurang ajar,” gumam ibu sambung.
Sang ibu sambung tidak menyerah begitu saja, ia kembali membujuk Dara dengan iming-iming kuliah di Jakarta karena permintaan terakhir ayah Dara. Pesan selanjutnya membuat Dara bimbang.
Benarkah, ayahnya menginginkan ia kuliah setelah selesai kuliah. Banyak pertanyaan di hati Dara. Di sertai dengan keraguan dan kecurigaan terhadap ibu sambungnya.
Ping…
Pesan whatsapp masuk ke sekian kalinya, dengan isi semua biaya kuliah sudah di persiapkan jauh-jauh hari oleh sang Ayah. Sehingga Dara tidak perlu cemas dengan segala pengeluaran dan biaya bulanan.
Dara masih bimbang untuk membalas pesan tersebut, sehingga ia meminta waktu untuk berpikir lagi.
Melihat jawaban Dara yang masih ada keraguan, Lala berdecak kesal.
“Keras kepala sekali anak ini.”
“Biarkan dia berpikir dulu,” saran Herman.
“Di biarkan sampai kapan, bisa-bisanya kita kehilanga tumbal persugihan selanjutnya!” ucap Lala mengingatkan.
Herman memangut-mangutkan kepala.
“Waktu kita tidak banyak lagi, tumbal ini sudah tidak berguna lagi!” ucap Lala yang masih sibuk mengingatkan Herman atas tujuan persugihan makanan yang mereka kelola yang mulai menyusut banyak.
“AKu tau, coba kau minta dia liburan sehari atau dua hari di sini! Untuk menarik perhatiannya, dengan mengajak ia keliling Jakarta dan ke sekolah Putra dan Radit. Siapa tau dia berminat pindah sekolah.” Jelas Herman dengan usulnya kali ini.
Lala yang mendengar usul Herman, langsung setuju dengan ide tersebut. Berhubungan sabtu tanggal merah dan senin masih tanggal merah. Maka Lala langsung mengirimkan pesan kepada Dara untuk membujuknya ke Jakarta dengan memfasilitaskan apa yang di inginkan Dara dengan alasan ia sudah kangen.
Sekaligus mengajak Dara untuk berziarah ke makan orang tua Dara. Bagaimanapun ia adalah ibu sambungnya. Masih ada kewajiban mengingatkan Dara.
Dara menghela nafas panjang, ia lupa bagian ini dan akhirnya ia setuju dengan apa yang di tawarkan oleh ibu sambungnya. Bahwa ia akan pergi ke Jakarta pada hari jumat siang.
Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, mereka tertawa terbahak-bahak, rencana mereka akhirnya berhasil menarik simpati Dara.
“Dengan begitu, sebelum tumbal persugihan dari wanita yang d kencani oleh Radit tidak berguna lagi. Kita harus secepatnya mejadikan Dara sebagai peganti wanita persugihan yang lama!” ujar Lala yang di anggukkan oleh Herman.
“Dengan begitu, kita tidak akan mati kelaparan dan di pandang rendah orang lain!” balas Herman yang yakin dengan keputusan yang mereka berdua ambil kali ini.
Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, hal ini hanya di ketahui oleh mereka bertiga tanpa melibatkan Putra.
Radit yang sibuk dengan para wanita yang ia kuras lendirnya, selalu mendapatkan apa yang di inginkan dan sekaligus menjadi artis pendatang baru di dunia interment. Tujuan Radit tak lain hanya menjual tampang dan meniduri para wanita yang masih bersih untuk mendapatkan kenikmatan. Sekaligus lendir untuk persugihan yang akan di gunakan untuk membuat kuah bakso yang di jual oleh ayah dan ibu tirinya.
Dengan begitu, penghasilan yang ia dapat berlipat-lipat untuk memenuhi gaya hidup mewahnya di Jakarta dan sekaligus menjadi orang berstatus.
“Apa!?” ucap Radit terkaget dengan perkataan ibu tirinya, bahwa ada saudara lain yang akan menginap berapa hari di kediaman mereka. Sehingga Radit di minta keluar dari rumah sebelum waktu di tetapkannya persugihan untuk menguras lendir Dara.
“Ini semua demi keselamatan kita bersama-sama dank au juga yang akan mendapatkan malam pertama Dara. Aku rasa ini penukaran yang setimpal, bukan?” balas Lala yang berusaha membujuk Radit.
“Kau bisa menyentuhnya setiap kali yang kau mau, untuk sementara mengalah dulu! Keandaan kita seperti ini sungguh mencemaskan dan para wanita yang lendirnya yang sudah di kuras olehmu, banyak yang tidak bermanfaat sama sekali. Sehingga penjualan kita banyak surut,” timpal Herman yang membela Lala.
Radit terdiam dan berpikir, apa yang di katakan oleh ayahnya. Karena ia juga sering main ke tempat usaha ayahnya dan hari demi hari semakin sepi. Tidak seramai dahulu, sehingga apa yang di katakan oleh ayahnya masih masuk akal. Semua demi keselamatan bersama-sama dan ia hanya perlu bersabar berapa hari.
“Baiklah, aku akan mencari wanita lain untuk di kuras lendirnya dulu! Demi ke langsungan usaha kalian. Jika sampai kalian bangkrut, maka aku juga akan kena dampak susahnya. Aku tidak mau hidup melarat sama sekali dengan usaha yang bangkrut,” ujar Radit yang setuju dengan memberikan kamarnya kepada Putra dan Putra memberikan kamarnya kepada Dara. Yang akan di gunakan oleh Dara berapa hari selama di Jakarta.
Awalnya Putra tidak setuju, walau ia tidak terlibat dalam persugihan makanan yang di lakukan keluarganya. Karena ia tidak suka kamarnya di berikan kepada orang lain dan akan menyusahkannya untuk pulang malam secara diam-diam.
“Putra , ini demi keselamatan kita! Kamu pasti tidak mau kan hidup di kolong jembatan dan selalu di hina orang,” ujar Herman yang membujuk Putra yang masih keras kepala saat ini.
Putra mendengus kesal.
“Berapa lama?” tanya Putra \.
Ketiganya saling melihat satu sama lain.
“Mungkin berapa hari atau berapa tahun, sampai ia tidak bisa di gunakan lagi untuk persugihan ini,” jelas Herman.
Wajah Putra menghitam.
“Aku saja ikhlas dengan menyerahkan kamarku yang mewah kepadamu! Kenapa kau tidak ikhlas dengan menyerahkan kamarmu untuk Dara. Padahal kamarmu itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan punyaku,” cibir Radit secara sinis.
Putra menoleh ke arah Radit dan melototinnya dengan tatapan yang tajam.
“Baiklah,” ucap Putra yang akhirnya mengalah.
Karena bagaimana juga ia merupakan pihak yang mesti selalu mengalah demi semuanya. Di pertahankan juga tiada gunanya. Pasti ujung-ujungnya di minta mengalah oleh ketiga orang yang terkibat persugihan dengan dukun bernama Joko.
Wajah ketiganya berseri-seri, Radit memilih mengemas barang-barangnya untuk pindah ke apertemen mewah yang ia beli dari hasil menguras lendir para wanita yang ia jebol tiap malam. Sedangkan Putra mengemas barangnya untuk pindah ke kamar Radit yang kini kosong omplong. Hanya sisa peralatan di dalam.
“Ck ck ck ck… kenapa aku harus selalu memakai kamar bekasmu?” cibir Putra dengan nada tidak sukanya kepada Radit yang di nilai lebih baik darinya dan selalu di bela oleh orang tuanya secara mati-matian.
Seolah-olah dirinya ini tidak ada harganya sama sekali di mata kedua orang tuanya yang selalu membanggakan Radit.
“Lihat saja, suatu saat aku akan melebihmu!” ucap Putra yang melemparkan semua bajunya tanpa di susun ke dalam lemari pakaian.
Sedangkan Herman dan Lala, bergegas mengubah kamar Putra menjadi kamar anak gadis yang akan di tempati oleh Dara besok siang. Segala sprai di ganti dengan yang baru dan lantai di gepel hingga bersih.
Termasuk dinding di tempelin stiker pink dan di hiasi oleh Hello kitty. Berapa boneka sengaja di beli dan peralatan mandi untuk wanita juga di persiapkan oleh keduanya untuk menarik perhatian Dara yang akan menghuni kamar tersebut. Tidak lupa, model lampu kamar langsung di ganti menjadi lampu gantung untuk memperindah suasana kamar.
“Semuanya sudah beres,” ucap Herman menyekat keringatnya.
“Semoga dia suka dengan dekor kamar ini,” balas Lala yang menghela nafas panjang karena kelelahan.
Sebenarnya, bisa saja mereka meminta pelayan melakukannya. Tapi keduanya tidak ingin pelayan curiga sama sekali. Bahwa kamar Putra ada salah satu jendela yang bisa di masuki dari luar dengan cara khusus. Sehingga akan menyusahkan mereka berdua pada akhirnya.
Jumat pagi, Dara masih di sekolah. Ia mengikuti berapa pelajaran sampai siang hari. Jam menunjukkan jam 1 siang, ia pun bergegas mandi dan memilih baju kadar apanya untuk di bawa ke Jakarta.
Lala yang tidak sabaran, berapa kali mengirimkan Dara pesan untuk memastikan Dara benar-benar akan datang atau tidak. Karena ia tidak ingin usahanya gagal total.
“Jadi kok, Bu!” balas Dara yang kini berjalan memasuki dalam pesawat di bandung menuju ke Jakarta.
“Hati-hati di jalan, ibu sudah di bandara menunggu kedatangamu!” balas Lala dengan suara super bahagianya.
“Iya,” balas Dara yang mengakhiri pembicaraan. Ketika ia akan memasukkan kopernya ke atas bagasi di atas kepalanya.
Karena Dara agak pendek, sehingga susah untuk mencapai bagasi tersebut. Seorang pria dengan wajah masam dan menggunakan kacamata. Langsung membantu Dara memasukkan koper tersebut dan di balik kacamatanya, ia sempat melirik kedua dada Dara yang dapat terlihat dari balik kaos yang kerahnya berpotongan lebar.
Seketika, bagian bawahnya terasa mengeras untuk memasuki liang Dara yang berterima kasih padanya tanpa menyadari apa yang ia rasakan saat ini.
“Sama-sama,” balas pria itu dengan suara dinginnya dan berjalan ke arah belakang.
“Ck, cakep-cakep tapi judes!” batin Dara yang langsung duduk di kursi dekat jendela sambil melihat majalah di depannya.
30 menit kemudian, pesawat mendarat di bandara internasional Sukarno-Hatta. Lala yang berdiri di bagian kedatangan. Berapa kali melihat setiap penumpang pesawat yang keluar dari pintu.
Hatinya benar-benar tidak tenang, sebelum ia memastikan Lala sudah sampai ke Jakarta. Bukan karena mencemaskan keselamatan Lala, melainkan mencemaskan bisnis persugihan yang ia kelola bersama Herman yang kini menumbalkan Dara dalam tumbal selanjutnya. Setelah para wanita terdahulu sudah tidak berguna lagi.
Dara berjalan keluar dan ia melihat ibu sambungnya berdiri dengan perasaan geli. Ia langsung menghampirinya dan memeluknya.
“Ibu,” panggil Dara dengan suara manjanya.
“Syukurlah, akhirnya ibu bisa tenang!” ucap Lala dengan nada cemas yang di buat-buat untuk menghindari kecurigaan Dara.
“Apa aku bilang, Dara pasti keluar. Kamu saja yang terlalu cemas berlebih-lebihan,” timpal Herman yang juga bermain sandiwara sebagai ayah tiri yang baik untuk anak sambungnya dari istri kedua.
Dara tersenyum lembut menatapi Herman dan kemudian menatapi ke arah wajah ibu sambungnya yang memakai riasan make up tebal.
“Mau makan dulu atau langsung pulang?” tawar Herman kepada Dara yang saat ini bermanja-manja dengan Lala.
“Lebih baik makan dulu! Ibu yakin, kamu pasti belum makan sama sekali?” timpal Lala dengan acting yang masih di buat-buat olehnya.
Dara menganggukkan kepala, ia setuju untuk makan bersama dengan ibu sambung dan ayah tirinya.
Ketiganya berjalan memasuki pakiran mobil, Herman membawa keduanya ke mall grand city untuk mencari makanan. Karena di dalam mall tersebut banyak kafe dengan segala jenis makanan yang ada. Sehingga memudahkan Dara untuk memilih apa yang mau di makan. Sepanjang perjalanan, Dara melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang sedang memegang ice cream.
“Maaf aku tidak sengaja,”ucap Dara lirih.
Pria itu tersenyum melihat siapa yang menabraknya dan juga merupakan target untuk di kuras lendirnya.
“Tidak apa-apa, aku yang salah! Jakan tidak lihat-lihat,” alasan Radit. Karena sejak awal, ia sudah ingin melihat seperti apa tampang Dara. Sehingga tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Radit mengikuti mereka dari belakang dan hasilnya tidak mengecewakan sama sekali. Pantas saja, dukun Joko mengatakan Dara memang cocok untuk ikut persugihan ini dan bakal laris manis.
Dara masih meminta maaf dan mengeluarkan tisu untuk membantu Radit membersihkan noda ice cream coklat di kemeja putihnya.
“Lo Radit , kamu di sini?” tanya Herman yang kaget sekaligus curiga.
“Iya, aku kan tinggal dekat sini!” alasan Radit.
Dara melihat ke arah Herman dan ke arah Radit secara bergantian.
“Nar, kenalin. Ini Radit , anak ayah dengan istri pertama!” ucap Herman yang memperkenalkan Radit kepada Dara.
“Salam kenar, jadi kamu yang namanya Dara? Cantic seperti cerita ibu dan senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa jadi teman yang baik!” ucap Radit yang mengulurkan tanganya kepada Dara.
Wajah Dara memerah dengan tersipu malu menerima uluran tangan Radit yang sungguh kebetulan menjadi saudara tirinya.