Yunita, seorang gadis peranakan Jepang dan Cina yang pada akhirnya aku terpaksa mengawininya karena hanya dia yang ambil risiko untuk melahirkan bayi atas kenakalanku dibanding gadis lain.

Yunita sampai memberiku 2 orang anak, tetapi selama aku mendampinginya dalam hidupku, aku masih juga bermain dengan perempuan sampai usiaku 40 tahun, inipun disebabkan karena Yunita harus tinggal di Belanda karena sakit yang dideritanya hingga akhir hayatnya yaitu 6 tahun yang lalu, otomatis aku harus mendampinginya di Jepang sementara kedua anakku tetap di Indonesia.

Kira-kira satu tahun yang lalu petualanganku dengan perempuan terjadi lagi, tapi kali ini orangnya adalah yang ada hubungan darah denganku sendiri yaitu Ghea dan Dinda, keduanya merupakan cucuku sendiri.

Slot Gacor Shiowla Situs Terpercaya 2025

Satu tahun yang lalu, anakku yang kedua mengontakku di Belanda yang memberitahukan bahwa kakaknya yaitu anakku yang pertama dan istrinya mengalami kecelakaan yang akhirnya harus meninggalkan dunia ini. Aku si kakek mesum pun langsung terbang ke Jakarta.

Setiba di Jakarta aku lansung menuju ke rumah anakku, di sana aku menemukan anakku dan istrinya telah terbujur kaku dan kulihat Ghea dan adiknya Dinda sedang menagis meraung-raung di depan kedua jenazah itu. Sewaktu kutinggal ke Jepang, Ghea dan Dinda masih kecil.

Setelah peguburan jenazah kedua anakku, atas anjuran anakku yang kedua, aku diminta untuk tinggal di Yogyakarta saja dan tidak usah kembali ke Jepang, aku harus menjaga kedua cucuku, aku pun setuju. Sejak saat itu, aku pun tinggal di Indonesia.

Satu minggu aku sudah tinggal di rumah almarhum anakku, dan kutahu Ghea usianya 18 tahun sedangkan adiknya Dinda usianya 16 tahun ini kutahu karena tugasku sekarang menjaga dan mengantarkan cucuku sekolah. Ghea sudah tumbuh menjadi anak gadis tetapi kelakuannya agak nakal, setiap pulang dari sekolah bukannya belajar malah main ke temannya sampai jam 10.00 malam baru kembali, di saat aku sudah tertidur.

Suatu hari ketika Ghea pulang aku si kakek mesum masih terbangun, Ghea langsung masuk kamar setelah mandi dan berdiam di dalam kamarnya yang membuat aku penasaran melihat sikap Ghea, sampai di depan kamarnya sebelum kuketuk aku coba mengintip dari lubang pintu dan aku terkaget-kaget melihat apa yang dilakukan Ghea di kamarnya.

TV di kamar itu menyala dimana gambarnya film porno, sedangkan Ghea sedang mengangkat roknya dan jarinya ditusukkan ke dalam lubang kemaluannya sendiri. Aku mengintipnya hampir 20 menit lamanya yang membuat aku tidak sadar bahwa batang kemaluanku mulai mengeras dan celanaku basah. Setelah itu kutinggalkan Ghea yang masih onani, sedang aku si kakek mesum pun ke kamar untuk tidur, tapi dalam tidurku terbayang kemaluan Ghea.

Paginya aku bangun terlambat karena mimpiku. Ghea dan Kevin sudah berangkat sekolah naik angkutan kota. Sore hari aku kembali setelah mengurus surat-surat kuburan anakku. Ketika aku masuk ke ruang keluarga, aku sempat terkejut melihat Ghea sedang menonton TV,

pikirku tumben sore-sore Ghea ada di rumah dan aku makin terkejut ketika aku menghampiri Ghea , Ghea sedang melakukan onani sementara TV yang ia tonton adalah film porno yang tadi malam sudah dilihatnya. Ghea pun tidak tahu kalau aku sedang memperhatikannya dimana Ghea sedang asyik-asyiknya onani.

“Ghea… kamu lagi… ngapain?”
“Uh… kakek.. ngagetin aja… nih…”

Ghea yang kaget langsung menutupinya dengan rok dan memindahkan channel TV.

“Kamu kaget.. yach, kamu.. belajar begini sama siapa.. kamu ini bandel yach..”
“Belajar dari film dan bukunya temen, tapi Ghea.. nggak bandel loh… Kek…”
“Sini Kakek.. juga mau nonton,” kataku sambil duduk di sebelahnya.”Kakek mau nonton juga.. Kakek nggak marah sama Ghea khan?” katanya agak manja sambil melendot di bahuku.
“Nggak… ayo pindahin channel-nya!”

Gambar TV pun langsung berubah menjadi film porno lagi. Tanpa bergeming, Ghea asyik menatap film panas itu sementara nafasku sudah berubah menjadi nafsu buas dan batang kemaluanku mulai mengeras berusaha keluar dari balik celanaku.

“Ghea… mau Kakek pangku.. nggak?” Tanpa menoleh ke arahku Ghea bergeser untuk dipangku. Ghea yang sudah meloloskan celana dalamnya merasa terganggu ketika kemaluannya yang beralaskan roknya tersentuh batang kemaluanku yang masih tertutup celana.

“Ah.. Kakek.. ada yang mengganjal lubang kemaluan Ghea nih dari bawah.”
“Supaya nggak ganjal, rok kamu lepasin aja, soalnya rok kamu yang bikin ganjal.”

Tiba-tiba Ghea menungging dipangkuan melepaskan roknya, badannya menutupi pemandanganku ke arah TV tapi yang kulihat kini terpampang di depan mukaku pantat Ghea yang terbungkus kulit putih bersih dan di bawahnya tersembul bulu-bulu tipis yang masih halus menutupi liang kemaluannya yang mengeluarkan aroma bau harum melati.

“Ghea.. biar aja posisi kamu begini yach!”
“Ah.. Kakek, badan Ghea khan nutupin Kakek… nanti Kakek nggak lihat filmnya.”
“Ah.. nggak apa-apa, Kakek lebih suka melihat ini.”

Pantatnya yang montok sudah kukenyot dan kugigit dengan mulut dan gigiku. Tanganku yang kiri memegangi tubuhnya supaya tetap berdiri sedangkan jari tengah tangan kananku kuusap lembut pada liang kemaluannya yang membuat Ghea menegangkan tubuhnya.
“Ah… Ah… ssh.. sshh…”

Pelan-pelam jari tengahku kutusukkan lebih ke dalam lagi di lubamg kemaluannya yang masih sangat rapat. “Aw.. aw… aw.. sakit.. Kek…” jerit kecil Ghea. Setelah lima menit jariku bermain di kemaluannya dan sudah agak basah, sementara lubang kemaluannya sudah berubah dari putih menjadi agak merah.

Kumulai memainkan lidah ke lubang kemaluannya. Saat lubang kemaluan itu tersentuh lidahku, aku agak kaget karena lubang kemaluan itu selain mengeluarkan aroma melati rasanya pun agak manis-manis legit, lain dari lubang kemaluan perempuan lain yang pernah kujilat, sehingga aku si kakek mesum berlama-lama karena aku menikmatinya.

“Argh… argh… lidah Kakek enak deh.. rasanya.. agh menyentuh memek Ghea… Ghea jadi suka banget nih.”
“Iya… Ghea, Kakek juga suka sekali rasanya, memekmu manis banget rasanya.”

Dengan rakusnya kujilati lubang kemaluan Ghea yang manis, terlebih-lebih ketika biji klitorisnya tersentuh lidahku karena rupanya biang manisnya dari biji klitorisnya. Ghea pun jadi belingsatan dan makin menceracau tidak karuan.

“Argh.. sshh.. agh… aghh… tidddaak… Kek… uenak… buanget… Kek.. argh… agh.. sshhh…”

Hampir 20 menit lamanya biji klitoris Ghea jadi bulan-bulanan lidahku dan limbunglah badan Ghea yang disertai cairan putih kental dan bersih seperti lendir, mengucur deras dari dalam lubang kemaluannya yang langsung membasahi lubang kemaluannya dan lidahku. Tapi karena lendir itu lebih manis lagi rasanya dari biji klitorisnya langsung kutelan habis tanpa tersisa dan membasahi mukaku.

“Arggghh.. aaawww… sshhh.. tolong… Kek… eennaak… baangeeet… deh…” Jatuhlah tubuh Ghea setelah menungging selama 20 menit meniban tubuhku.

Setelah tubuhku tertiban kuangkat Ghea dan kududukkan di Sofa, sementara badannya doyong ke kiri, aku melepaskan semua pakaianku hingga bugil dimana batang kemaluanku sudah tegang dan mengeras dari tadi.

Kemudian kedua kaki Ghea aku si kakek mesum lebarkan sehingga lubang kemaluan itu kembali terbuka lebar dengan sedikit membungkuk kutempelkan batang kemaluanku persis di liang kemaluannya. Karena lubang kemaluannya masih sempit, kumasukkan tiga buah jari ke lubang kemaluannya, supaya lubang kemaluan itu jadi lebar.

Ketika jari itu kuputar-putar, Ghea yang memejamkan mata hanya bisa menahan rasa sakit, sesekali ia meringis. Setelah 7 menit lubang kemaluannya kuobok-obok dan terlihat agak lebar, kutempelkan batang kemaluanku tepat di lubang kemaluannya, lalu kuberikan hentakan. Tapi karena masih agak sempit maka hanya kepala kemaluanku saja yang bisa masuk. Ghea pun menjerit.

“Awh… sakit.. Kek… sakit.. banget…”
“Sabar… sayang… nanti juga enak.. deh…”

Kuhentak lagi batang kemaluanku itu supaya masuk ke lubang kemaluan Ghea, dan baru yang ke-15 kalinya batangan kemaluanku bisa masuk walau hanya setengah ke lubang kemaluan Ghea. Ghea pun 15 kali menjeritnya. “Ampun… Kek… sakit.. banget… ampun!” Karena sudah setengah batang kemaluanku masuk, dan mulai aku gerakan keluar-masuk dengan perlahan, rasa sakit yang dirasakan Ghea berubah menjadi kenikmatan.

“Kek.. Kek.. gh… gh… enak.. Kek… terus.. Kek.. terus.. Kek… batang.. Kakek.. rasanya… sampai.. perut Ghea.. terus… Kek!”
“Tuh.. khan… benar.. kata Kakek… nggak.. sakit lagi sekarang.. jadi enak.. kan?”

Ghea hanya mengangguk, kaus yang digunakannya kulepaskan berikut BH merah mudanya, terlihatlah dengan jelas payudara Ghea yang baru tumbuh tapi sudah agak membesar dimana diselimuti kulit putih yang mulus dan di tengahnya dihiasi puting coklat yang juga baru tumbuh membuatku menahan ludah. Lalu dengan rakusnya mulutku langsung mencaplok payudara itu dan kukulum serta kugigit yang membuat Ghea makin belingsatan.

Setelah satu jam, lubang kemaluan Ghea kuhujam dengan batang kemaluanku secara ganas, terbongkarlah pertahanan Ghea yang sangat banyak mengeluarkan cairan lendir dari dalam lubang kemaluannya membasahi batanganku yang masih terbenam di dalam lubang kemaluannya disertai darah segar yang otomatis keperawanan cucuku Ghea telah kurusak sendiri. Ghea pun menggeleparlalu ambruk di atas Sofa.

“Agh… agh.. agh.. argh… argh… sshh… ssshh… argh… gh.. gh… Ghea… keluar.. nih.. Kek.. aw… aw…”

Empat belas menit kemudian aku si kakek mesum pun sampai pada puncak kenikmatan, dimana tepat sebelum keluar aku sempat menarik batang kemaluanku dari lubang kemaluan Ghea dan menyemburkan cairan kental hangat di atas perut Ghea dan aku pun langsung ambruk meniban tubuh Ghea.

“Aw.. agh.. agh.. Ghea.. memekmu.. memang.. luar biasa, kontol Kakek.. sampai dipelintir di dalam memekmu…agh… kamu.. me.. memang… hebat…”

Setengah jam kemudian, dengan terkaget aku terbangun oleh elusan tangan lembut memegangi kontolku.

“Kakek… habis… ngapain.. Kakak Ghea… kok… Kakak Ghea dan Kakek telanjang… kayak habis.. mandi.. Kevin juga.. mau dong telanjang.. kayak… Kakek dan.. Kakak Ghea.”
“Hah.. Dinda jangan… telanjang!”

Tapi perkataanku kalah cepat dengan tindakannya Dinda yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga
Dinda pun bugil. Aku si kakek mesum terkejut melihat Ke bugil dimana tubuh anak ini kelihatan sempurna, lubang kemaluan Dinda yang masih gundul belum tumbuh bulu-bulu halus tetapi payudaranya sudah mulai berkembang malah lebih montok dari payudara Ghea. Kulit tubuh Dinda pun lebih putih dan mengkilat dibanding kulit tubuh Ghea, sehingga membuat nafsu seks-ku kembali meningkat.

“Kek… Dinda kan tadi ngintip ketika perut Kakak Ghea dimasukin sama punya kakek.. Dinda juga mau dong.. kata mama dan papa, kalau Kakak Ghea dapat sesuatu pasti Dinda juga dapat.”

“Oh… mama dan papa bilang begitu yach, kamu memang mau perut kamu dimasukin punya Kakek.”
“Iya.. Kek.. Dinda mau sekali.”

Tanpa banyak basa-basi kusuruh Dinda terlentang di atas karpet. Dengan agak riang Dinda langsung terlentang, aku si kakek mesum duduk di sampingnya kedua kakinya aku lebarkan sehingga lubang kemaluannya yang gundul terlihat jelas. Kusuruh Dinda menutup mata. “Dinda sekarang tutup matanya yach, jangan dibuka kalau Kakek belum suruh, nanti kalau sakit Dinda hanya boleh bilang sakit.”

Dinda pun menuruti permintaanku. Lubang kemaluannya kuusap dengan jari tengahku dengan lembut dan sesekali jariku kumasukkan ke lubang kemaluannya. Tangan kiriku dengan buasnya telah meremas payudaranya dan memelintir puting yang berwarna kemerahan. Dinda mulai menggelinjang

Aku Meniduri Ke 2 Cucuku Yang Masi Muda

Tokoh Cerita  : Ghea/Dinda/Kakek Mesum
Cipt : Reza F.

Dia tetap memejamkan matanya, sedang mulutnya mulai nyerocos. “Ah… ah… ah.. sshh.. ssh…” Kedua kakinya disepakkan ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya. Lidahku mulai menjilati lubang kemaluannya karena masih gundul, dengan leluasa lidahku mengusapliang kemaluannya sampai lidahku menyentuh klitorisnya.

Dikarenakan usianya lebih muda dari Ghea maka lubang kemaluan dan klitoris Dinda rasanya belum terlalu manis dan 10 menit kemudian keluarlah cairan kental putih yang rasanya masih hambar menetes dengan derasnya dari dalam lubang kemaluannya membasahi lidahku yang sebagian tidak kutelan karena rasanya yang masih hambar sehingga membasahi paha putihnya.

“Ah… ah… ngeh.. ngeh… Dinda.. basah nih Kek…” Kuambil bantal Sofa dan kuganjal di bawah pantat Dinda sehingga lubang kemaluan itu agak terangkat, lalu kutindih Dinda dan kutempelkan batang kemaluanku pada lubang kemaluannya yang masih berlendir.

Kuhentak batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Dinda yang masih lebih rapat dari lubang kemaluan Ghea. Kuhentak berkali-kali kemaluanku sampai 25 kali baru bisa masuk kepala kemaluanku ke lubang kemaluan Dinda. 25 kali juga Dinda menjerit.

“Aw.. aw.. sakit.. Kek… sakit.. sekali..”
“Katanya kamu mau perutmu aku masukin punya Kakek seperti lubang kemaluan Kakak Ghea.”
“Iya Kek… Dinda mau… Dinda tahan aja deh sakitnya.”

Kepala kemaluanku yang sudah masuk ke lubang kemaluan Dinda kehentak sekali lagi, kali ini masuk hampir 3/4-nya batang kemaluanku ke lubang kemaluan Dinda, ini karena lubang kemaluan Dinda masih licin sisa lendir yang tadi dikeluarkannya.

“Hegh… hegh… hegh.. iya Kek sekarang Dinda nggak sakit lagi… malah enak.. rasanya di perut Dinda ada yang dorong-dorong… Hegh.. Hegh…” komentar Dinda ketika menahan hentakan batang kemaluanku di lubang kemaluannya.

Setelah 30 menit lubang kemaluannya kuhujam dengan hentakan batang kemaluanku, meledaklah cairan kental dan tetesan darah dari lubang kemaluan Dinda keluar dengan derasnya yang membasahi kemaluanku dan pahanya. Dinda pun langsung pingsan.

“Arrgh.. arrghh.. ssh… Kek… Dinda.. nggak kuat… Kek… Dinda.. mau pingsan… nih… nggak.. ku.. kuaatt…”

Pingsannya Dinda tidak membuatku mengendorkan hentakan kemaluanku di lubang kemaluannya yang sudah licin, malah membuatku makin keras menghentaknya, yang membuatku sampai puncak yang kedua kalinya setelah yang pertama kali di lubang kemaluannya Ghea,

tapi kali ini aku tidak sempat menarik batang kemaluanku dari dalam lubang kemaluan Dinda sehingga cairan kental hangat itu kubuang di dalam perut Dinda dan setelah itu baru kulepaskan batang kemaluanku dari lubang kemaluan Dinda yang masih mengeluarkan lendir.

“Ah.. ah… ser… ser… ser… jrot.. jrot.. agh… ag.. ssh… argh…”

Tubuhku pun langsung ambruk di tengah Dinda yang pingsan di atas karpet dan Ghea yang tertidur di sofa. Satu jam kemudian aku si kakek mesum terbangun di saat batang kemaluanku berasa dijilat dan ketika aku melirik aku melihat Ghea dan Dinda sedang bergantian mengulum batang kemaluanku dan menjilati sisa cairan lendir tadi, kuusap kedua kepala cucuku itu yang lalu kusuruh keduanya mandi.

“Ghea.. sudah.. sayang.. sana ajak adikmu.. bersih-bersih dan mandi setelah itu kita ke Mall, beli McDonal.. ayo sayang!”
“Kek.. Ghea puas deh.. lain.. kali lagi yach Kek!”
“Asyik beli McDonal.. tapi lain kali lagi yach… Kek, perut Dinda

jadi hangat.. deh.. enak..”
“Iya.. sayang.. pasti lagi.. ayo sekarang Kakek yang mandiin.”

Setelah itu kami pun mandi bertiga, sejak saat itu kedua cucuku selalu tiap malam minta coba lagi keganasan batang kemaluanku. Aku si kakek mesum pun tersenyum bangga bahwa aku memang penakluk perempuan, walau perempuan yang aku taklukan adalah kedua cucuku yang sekarang tinggal bersamaku.